SINGKONG MANGGU AKAN HIJAUKAN LAHAN KRITIS |
Selasa, 03 Desember 2013 01:56 |
SOLOK, HALUAN - Koperasi 3 Pilar yang menjadi wadah perekonomian bagi Kelompok Tani (Keltan) Lakuak Saiyo, Nagari Bukit Kanduang Kecamatan X Koto Diatas, memprakarsai budidaya singkong manggu (cassava) di atas lahan seluas 5 hektar.
Dengan budidaya singkong yang merupakan varietas baru itu, masyarakat setempat berharap akan mampu menggerakkan sumber perekonomian sekaligus pemanfataan lahan kritis di kawasan itu.
Guna menyemangati aktivitas keltan tersebut, Bupati Syamsu Rahim berkenan melakukan penananam perdana singkong manggu di hadapan Wakil Ketua DPRD Ir. Edi Sumanto, Camat X Koto Diatas Azzizurahman dan Wali Nagari Bukit Kandung, Selasa (26/11).
Menyambut semangat warga setempat, Bupati Syamsu Rahim berharap akan semakin meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama anggota Keltan Lakuak Saiyo.
Momentum penanaman singkong manggu ini dapat diharapkan menumbuhkan perekonomian yang baik. Di balik itu, masyarakat juga telah berusaha mengelola lahan-lahan yang selama ini cenderung tidak produktif dengan usaha yang bernilai ekonomi.
“Kalau harga jual singkong lebih baik, tentunya akan meningkatkan pendapatan bagi keluarga,” papar Syamsu Rahim.
Sebagai pemrakarsa penanaman singkong manggu, bupati menyarankan agar areal tanamnya diperluas atau bahkan dikembangkan di nagari tetangga seperti Sulit Air dan Pasilihan. Syamsu Rahim menyampaikan hal itu karena banyak lahan yang masih belum tergarap dengan maksimal. Dengan menggugah warga lain untuk melakukan budidaya singkong ini, tentunya akan memberi manfaat bagi masyarakat semua.
Namun demikian, karena daun singkong ini tidak dapat dimanfaatkan oleh manusia, anggota Koperasi 3 Pilar yang notabene adalah anggota Keltan diharapkan bisa melakukan pengawasan ekstra, agar tidak terjadi sesuatu hal hal yang tidak diinginkan.
“Bila ada masyarakat yang lupa atau tidak mengetahui sama sekali bahaya mengonsumsi daun singkong manggu, anggota Keltan Lakuak Saiyo, wajib mengingatkan. Jangan malah diabaikan. Bahkan kalau perlu terus dilakukan sosialisasi tentang ini,” tutur Syamsu Rahim.
Terkait singkong itu sendiri, Mardialis selaku Ketua Koperasi 3 Pilar Nagari Bukit Kandung, menjelaskan, asal-usul tanaman singkong itu berasal dari Kalimantan. Singkong ini merupakan hasil kawin silang, sehingga menghasilkan varietas yang tidak disukai oleh hama babi, lantaran mengandung semacam racun sianida. Singkong ini bahkan menghasilkan bau yang tidak disukai babi, termasuk daun dan batangnya.
“Masa panen singkong ini selama 11 bulan. Tahap awal ini rencananya dibudidayakan dalam areal seluas 5 hektar,” papar Mardialis yang mengaku optimis budidaya singkong manggu dapat meningkatkan taraf hidup anggotanya. (h/cw-ndi)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar